Addin Jauharudin, Kader Muda NU ‘Avatar

Kongres Ansor ke XVI yang dilaksanakan pada tanggal 2-3 Februari 2024 sedang berlangsung dilaksanakan. Kongres Ansor kali ini dilaksanakan secara unik, di atas Kapal dengan rute berlayar dari Tanjung Priok Jakarta hingga Tanjung Emas Semarang. Sosok yang digadang-gadang menjadi penerus dari Gus Yaqut untuk memimpin Ansor ini sudah tidak asing lagi di kalangan kader muda NU, yang sebelumnya sudah terdengar santer namanya sejak pra-Kongres Ansor di tiga zona. Sebelum lebih lanjut, penulis ingin menghaturkan selamat dan sukses kepada Gus Yaqut beserta jajaran PP GP Ansor atas semua peran dan pengabdian kongkritnya untuk Ansor, NU, juga untuk Bangsa Indonesia selama ini, semoga menjadi amal jariyah, serta motivasi bagi semua kader NU yang ikhlas untuk mengabdi. Untuk semua senior, dan kader Ansor seluruh Indonesia, selamat berkongres.

Kandidat tunggal Kongres Ansor ke XVI itu bernama Addin Jauharudin, yang biasa penulis panggil Bang Addin. Penulis sendiri kenal baik sejak sekian tahun semasa bergabung dalam organisasi yang juga pernah beliau pimpin, PMII. Beliau berasal dari Cirebon, lahir dari keluarga sederhana yang taat ilmu agama. Dari banyaknya model aktivis gerakan, beliau merupakan sosok pribadi yang sederhana, humble, multitalen, loyalitas tinggi, dan tidak ada jarak dengan kader-kader meskipun terpaut usia proses yang begitu jauh.

Bagi penulis, beliau adalah sosok yang punya sisi kesederhanaan tinggi. Mungkin sahabat pembaca bisa melihat sendiri dari berbagai arsip, misal penampilan beliau, saat masih menjadi Ketua Umum PB PMII yang banyak beredar di media sosial. Dari kesederhanaannya itu, Beliau menunjukan bahwa organisasi kemahasiswaan PMII adalah organisasi tempat belajar, membangun karakter diri, pengembangan kapasitas, memperluas jaringan, yang tidak hanya soal melatih tentang kepemimpinan organisasi dan gerakan, melainkan juga melatih kepemimpinan intelektual dan spiritual. Maka secara tidak langsung, gaya yang dipakai dalam berproses di PMII, itu yang menjadi bagian dari karakter kita dalam menjalani kehidupan. Poin-poin ini yang sering beliau sampaikan sejak menjadi Ketua Mabincab PMII Jakarta Selatan yang saat itu peulis sebagai Ketua Cabang,, hingga saat ini.

Dari pengamatan penulis selama ditempa beliau di PMII, ada banyak hal yang dapat diserap dan diambil menjadi pelajaran berharga tentang sebuah perjalanan seorang kader yang begitu gigih, tetap santun, merumput bersama kader, “welcome”, dan sabar dalam menghadapi berbagai persoalan, namun terus melakukan berkarya untuk pengembangan diri meraih prestasi yang tinggi. Berperan maksimal sebagai Sekretaris Jenderal DPP KNPI periode Sahabat Noer Fajriansyah. Bahkan, untuk sampai ke titik Kongres Ansor ini misalnya, beliau bukanlah sosok yang “tiba-tiba” muncul sebagai kandidat, melainkan merupakan hasil dari kerja keras berkarya untuk mensukseskan banyak program di Ansor, khususnya program pengembangan Ekonomi. 

Dalam konteks akademik misalnya -meskipun terlibat aktif dalam dunia organisasi NU- beliau punya komitmen tinggi untuk pengembangan intelektual. Hal itu bisa kita lihat bahwa Bang Addin juga ada proses kuliah hingga S3 di kampus bergengsi Indonesia. Tidak hanya untuk pribadi, intelektualitas beliau dalam kajian pengembangan ekonomi juga ditularkan terus ke kader-kader PMII, seperti kajian supply chain, proses bisnis, pengembangan UMKM, masalah pangan-energi, manajemen SDM bisnis yang kemudian dikemas dengan forum-forum kecil, hingga kami pun ikut terlibat bangun sebuah perusahaan untuk melatih sekaligus implementasi pengetahuan ekonomi.

Mengapa Bang Addin banyak ide dalam segmen ekonomi? Menurut penulis ini merupakan proses panjang yang pernah beliau lalui semenjak prosesnya di PMII. Karya tulis beliau yang saat itu monumental di aktivis PMII adalah tentang Nahdlatut Tujjar (kebangkitan ekonomi), judul lengkapnya Menggerakan Nahdlatut Tujjar. Selain itu, ada banyak tulisan beliau yang juga berseliweran di media online. Juga karya terakhir yang paling menggegerkan di kalangan NU adalah yang berjudul, Awas Digulung Arus Sejarah, yang kata pengantarnya langsung diberikan oleh Presiden Jokowi.

Gagasannya soal pengembangan ekonomi juga pernah diimplementasikan dalam Ansor. Misalnya beliau jadi pelopor melakukan konsolidasi nasional untuk pengembangan sekaligus pelatihan 34.000 UMKM Ansor di 34 Provinsi. Selain itu, komitmen untuk kebangkitan ekonomi NU juga beliau tunjukan dengan mengabdikan dirinya menjadi Koordinator Nasional Nahdlatut Tujjar Fest pada perhelatan akbar Satu Abad NU di Sidoarjo 2023 silam. Penulis tahu betul dari bagaimana cara kerja kepemimpinan beliau dalam mensukseskan ulang tahun NU tersebut.

Dari yang penulis dengar langsung dari beliau, menjadi bagian untuk mensukseskan Satu Abad NU dengan Nahdlatut Tujjar Fest bukanlah sebatas seremonial sesaat saja. Bagi beliau, ini menjadi spirit bahwa masuknya NU ke abad ke dua ini adalah optimis menjadi momentum kultural, spiritual, dan organisasional untuk komitmen pada pemberdayaan ekonomi umat, dengan tetap konsisten pada nilai kebangsaan, dan penggerak Islam Ahlussunnal Wal Jamaah. Memberikan harapan akan hadirnya masa di mana NU tidak hanya kokoh melalui pendidikan umat, merawat bangsa, serta penggerak perdamaian dan keadilan global.

Di Kongres Ansor XVI ini, dari semua rekam jejak pribadi Bang Addin dalam dunia gerakan NU, penulis kira bahwa Gus Yaqut dan kader Ansor seluruh Indonesia tidak salah untuk memberikan dan meridloi mandat kepada Bang Addin menjadi nahkoda kapal besar Ansor berikutnya. Rekam jejak itu bisa kita lihat bersama. Beliau sosok yang sudah terbukti punya komitmen tinggi dan selaras dengan cita-cita perjuangan NU, punya visi untuk kebangkitan ekonomi NU, sederhana, santun, dan tentu kemampuannya untuk merumput dan berkembang bersama dengan kader-kader NU. 

Bagi penulis, beliau menjadi sosok figur muda yang layak untuk dijadikan referensi oleh kader NU secara umum, khususnya PMII. Sebagai figur ‘Avatar’ yang memiliki banyak kemampuan mulai dari kepemimpinan organisasi dan gerakan, spiritual, intelektual akademik, serta komitmen tinggi untuk mengembangkan NU, sekaligus kemampuan pribadinya untuk menghadirkan keseimbangan antara komitmen pengembangan pribadi, karya, integritas nilai, loyalitas kepemimpinan, serta kemampuan menentukan visi arah gerak organisasi ke depan.

Penulis: Muhammad Rohim Hidayatullah, Ketua Bidang Penataan Aparatur Ogranisasi/Kepala Pusat Studi IKN PB PMII


5 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *