Halal Bihalal PB PMII Momentum Perbaharui Nilai Khidmat

Jakarta, PMII.ID-Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PB PMII) menggelar Halal Bihalal dan Silaturahim Nasional di Sekretariat PB PMII, Jl Salemba Tengah, Paseban, Jakarta Pusat, Jumat (27/5/2022) malam. Hadir dalam kesempatan tersebut Ketua Umum PB PMII Muhammad Abdullah Syukri, Sekretaris Jenderal PB PMII Muhammad Rafsanjani, Bendahara Umum PB PMII Panji Nugraha Sukma, Ketua Kopri PB PMII Maya Muizatil Lutfillah, para ketua bidang dan ratusan pengurus biro dan lembaga PB PMII masa khidmat 2021-2024. 

Dalam sambutannya, Ketua Umum PB PMII Muhammad Abdullah Syukri menegaskan bahwa Halal Bihalal pasca ramadhan merupakan momentum yang tepat untuk memperbaharui nilai khidmat para pengurus yang ada di struktur PB PMII. Saat ini kepengurusan PB PMII memasuki usia satu tahun pasca dikukuhkan pada 26 Juni 2021; masih ada waktu dua tahun untuk mengoptimalkan program kerja pengurus.

Selain itu, setelah para pengurus bertemu dengan orang tua dan sanak saudara di kampung halamannya masing-masing, dapat menambah energi baru untuk mengabdi di PB PMII.

“Tentu setelah kita berjumpa dengan orang tua, sanak saudara dan keluarga, kita memiliki energi yang baru untuk kembali mengarungi aktivitas di Jakarta,” ucap pria yang biasa disapa Gus Abe ini. 

Gus Abe menambahkan, kehadiran ratusan pengurus harian, pengurus biro dan pengurus lembaga di Sekretariat PB PMII menunjukan adanya energi positif dalam rangka pengoptimalan nilai khidmat PMII untuk bangsa, agama dan negara. Lebih dari itu, kegiatan mulia yang dilakukan oleh PB PMII maupun oleh pengurus harus terus berlanjut, sebab, hasil ibadah ramadhan tidak bisa diukur di bulan ramadhan saja. 

Hal tersebut, kata Gus Abe, dapat diketahui dari makna   لعلكم تتقون pada surat al-Baqarah ayat 183,  تتقون adalah fiil mudhari zaman istiqbal atau waktu yang akan datang. Pada ayat itu, sebelum تتقون ada kata لعل yang digunakan sebagai kalimat penekan atau penekanan agar adanya nilai istiqomah yang mengarah kepada nilai taqwa kepada Allah SWT. Artinya, beribadah secara terus menerus tidak hanya dilakukan pada bulan ramadhan tetapi pasca ramadhan juga dilakukan. 

“Jangan sampai apa yang kita lakukan di bulan ramadhan berhenti di ramadhan. Tentunya khidmat kita sebagai kader muda NU sangat banyak jalannya terutama di PMII, maka dari itu harus kita maksimalkan betul niat dan ikhtiar kita di PB PMII,” tuturnya. 

Gus Abe menilai, dua tahun bukanlah waktu yang sebentar, masih ada kesempatan bagi PB PMII untuk bekerja lebih baik dalam rangka pengabdian untuk agama, bangsa dan negara. Kerja-kerja organisasi tersebut tidak bisa dilakukan oleh perorangan, tetapi dibutuhkan kerjasama yang baik dari para pengurus PB PMII. 

“Tentunya tidak bisa dikerjakan sendirian oleh Saya, Sekjen, Bendum, atau dari Kopri PB PMII saja tapi oleh keluarga besar PB PMII masa khidmat 2021-2024,” pungkasnya. 

Di tempat yang sama, Sekretaris Jenderal PB PMII Muhammad Rafsanjani berkelakar, Presiden Pertama RI Ir Soekarno pernah mengibaratkan bahwa untuk mengguncang dunia cukup 10 pemuda. Sementara pengurus yang ada di PB PMII jumlahnya sekitar 400 orang, karena itu, tidak hanya dunia yang bisa diguncang oleh PMII tapi juga akhirat.

“Dulu Bung Karno pernah bilang beri Aku sepuluh pemuda maka akan kuguncang dunia. PMII lebih dari 10 maka bisa guncang dunia dan akhirat,” katanya disambut tawa para pengurus. 

Meski begitu, Rafsanjani menilai bahwa pernyataan Soekarno tersebut selaras dengan catatan sejarah yang menyebutkan bahwa perlawanan bangsa Indonesia kepada penjajah selama 350 tahun dilakukan oleh sekitar 200 orang penggerak. Dari cerita tersebut dapat diambil kesimpulan; jumlah pengurus PMII yang mencapai sekitar 400 orang menjadi kekuatan untuk ‘memerdekakan’ Indonesia. 

“Tetapi tentunya kuantitas itu memiliki pra syarat yaitu kualitas. Saya ingin mengajak kepada sahabat-sahabat bahwa di PB itu tidak mudah. Saya selalu menyampaikan, pertama; menjadi pengurus PB PMII harus diniati ibadah. Jangan pernah menggantungkan kepada Manusia, karena pasti kecewai. Kedua, pengembangan, sebab Ibu Kota Jakarta tidak hanya sekedar Ibu Kota Negara tetapi Ibu kota peradaban,” tutupnya.