Berkontribusi Nyata untuk NKRI, PB PMII Dukung Penetapan Kiai Abbas Buntet Jadi Pahlawan Nasional

Jakarta, PMII.ID - Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PB PMII) mendukung KH Abbas Abdul Jamil dari Pondok Buntet Pesantren Cirebon menjadi pahlawan nasional. PMII menilai, ulama kharismatik yang dikenal ahli bela diri ini memiliki peran yang amat besar dalam mendidik anak bangsa dan upayanya dalam mempertahankan NKRI dari ancaman penjajah.

Ketua Umum PB PMII Muhammad Abdullah Syukri mengatakan, pihaknya mendukung sepenuhnya dorongan KH Abbas Abdul Jamil menjadi pahlawan nasional. Alumnus Universitas Duisburg Essen, Jerman ini menegaskan bahwa Kiai Abbas, memiliki kontribusi yang nyata untuk bangsa dan negara ini, terutama dalam mempertahankan kemerdekaan NKRI.

"PB PMII mendukung sepenuhnya Kiai Abbas menjadi Pahlawan Nasional, kami juga sudah membuat surat resmi yang ditujukan kepada Pemerintah Republik Indonesia. Ini merupakan hal yang penting, sebagai bukti bahwa kaum santri berperan secara nyata dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia,” kata pria yang biasa disapa Gus Abe ini, Kamis (18/1/2024).

Gus Abe berharap, upaya yang dilakukan PB PMII semakin memperkuat bagaimana peran santri dan kiai dalam upayanya menjaga NKRI dari berbagai ancaman. Tak hanya itu, sikap mengayomi dan memberikan pendidikan untuk masyarakat dari seorang Kiai Abbas sangat layak dijadikan teladan oleh anak bangsa.

“Beliau ulama kharismatik yang memiliki peran besar untuk bangsa ini, sangat layak dijadikan pahlawan,” tuturnya.

Untuk diketahui, saat ini proses pengajuan Kiai Abbas menjadi pahlawan nasional ini sudah pada tahap pengkajian di tingkat provinsi Jawa Barat, melalui Tim Pengkaji Gelar Daerah Jawa Barat (TP2GD). Yang berarti selangkah lagi memasuki tahap final sebelum Kiai Abbas ditetapkan menjadi pahlawan nasional secara resmi oleh Pemerintah Republik Indonesia.

Kiai Abbas dikenal sebagai ulama yang memiliki peran sentral utamanya dalam pertempuran 10 November di Surabaya. Karena kepiawaiannya dalam ilmu bela diri, Kiai Abbas dijuluki sebagai "Singa Jawa Barat". Tak hanya itu, saking dihormati dan diseganinya, pertempuran melawan penjajah sempat ditunda sehari karena Kiai Abbas belum tiba di Surabaya.

Saat itu Hadratussyaikh KH Hasyim Asy'ari menunggu kedatangan Kiai Abbas dari Cirebon. Setelah kedatangan Kiai Abbas di Surabaya, barulah penyerangan dimulai, dan Kiai Abbas ditunjuk sebagai Panglima tempur dan memimpin secara langsung pertempuran di garis terdepan.

Hal tersebut merupakan teladan bagi masyarakat Indonesia secara umum. Bagaimana tidak, selain sebagai ulama yang memiliki peran penting dalam syiar dan pendidikan Islam, Kiai Abbas juga mengorbankan segenap jiwa raganya untuk berperang melawan penjajah.